Nama :
Septi Candra Hapsari
Kelas :
2D
NIM :
A31110184
Matkul :
Membaca Komprehensif
UNTAIAN
TASBIH CINTA
“Zahra”,
itulah nama tokoh utama yang akan kita uraikan seputar kisah hidupnya
tentang naluri kewanitaannya, terhadap ketertarikannya kepada kaum
pria. Berbeda dengan kebanyakan perempuan pada umumnya, Zahra lebih
memilih hidup sendiri dengan segala kepadatan aktifitasnya di sebuah
LSM yang menangani masalah – masalah perempuan. Mengingat usianya
yang sudah memasuki kepala tiga dengan menyandang status single, tak
jarang ia dihujani dengan tuntutan untuk segera menikah. Kedua orang
tuanya yang sudah mengidamkan anak semata wayangnya tersebut hidup
bahagia dengan laki – laki yang di cintainya harus pupus begitu
saja, ketika Zahra mencoba menghindar dengan menerima tawaran bekerja
di Jambi. Meski awalnya mereka tidak merestui Zahra bekerja di Jambi,
namun karena watak keras kepala yang sudah melekat dalam benaknya tak
sanggup lagi ditahan, akhirnya restu pun ia dapat. Dengan rela
meninggalkan kedua orang tua, sahabat serta kehidupannya di Jakarta,
maka kini ia harus siap mengarungi kehidupan di Jambi dengan segala
sesuatu yang serba baru.
Zahra
tak sedikitpun cemas akan kondisi di Jambi. Ia tipe wanita pekerja
keras dengan segala totalitasnya mengabdi di LSM. Kini ia bekerja
untuk melakukan penelitian terhadap suku Kubu. Jadi ia harus terjun
sendiri ke lapangan agar memperoleh data yang valid serta mengetahui
secara langsung bagaimana adat dan kehidupan Suku Kubu tersebut.
Dengan ditemani rekan kerjanya yang bernama Sultan, merekapun
bergegas menuju lokasi untuk mengumpulkan data, serta mengamati
kondisi kehidupan masyarakat Kubu di Sungai Makekal. Berbagai
peristiwa telah ia lalui bersama dengan Sultan dan salah seorang
pemuda dari suku Kubu yang bernama Laman. Ia adalah putra dari ketua
kelompok suku Kubu yang mereka kunjungi. Sultan dengan pembawaan
tenang dan berpegang teguh pada agamanya tersebut ternyata telah
membuka hatinya untuk berfikir positif terhadap perilaku laki –
laki. Bahwasannya tidak semua laki – laki itu sama buruknya, masih
ada diantara mereka yang bijaksana dan bertanggungjawab. Seperti
halnya yang tercermin pada diri Sultan. Begitu pula pada Laman, ia
sosok yang polos dengan sifa kesatrianya yang sangat menghargai
perempuan.
Materi
yang berkecukupan, bukanlah kebahagiaan yang hakiki. Ketika ia mulai
kembali kepada jalan Allah, menyadari kekeliruannya dalam berfikir,
disitulah ia kembali diuji. Ia mendapati musibah, serta ibunya
terkena stuke. Hingga akhirnya memutuskan untuk kembali ke Jakarta
mengabdikan dirinya kepada orang tuanya, dan rela melepas seseorang
yang ia kagumi sekaligus dapat membuatnya termotivasi.
Sampailah
ia di Jakarta mendapati ibunya terbaring tak berdaya dengan beberapa
selang untuk menopang hidupnya saat ini. Dengan perasaan gundah ia
menyesali perbuatannya selama ini. Dan disitulah ia bertemu dengan
sosok pria yang selama ini sudah menjadi pilihan kedua orang tuanya.
Prasangkanya selama ini ternyata salah. Ipung yang selama ini ia
benci, ternyata sangat peduli dengan orang tuanya. Bahkan saat ia di
Jambi, hampir setiap hari dia berkunjung kerumah untuk mengontrol
keadaan orang tuanya. Itu semua dia lakukan atas keinginannya
sendiri. Maka jelas sudah siapakah sosok Ipung sebenarnya di mata
Zahra. Maka, untuk menuntaskan kesalahannya terhadap orang tuanya,
akhirnya Zahra menerima cinta Ipung dan mereka hidup bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar